Kalau RI (Amit-Amit) Resesi, Hindari 6 Hal Ini

PT Kontak Perkasa – Resesi Ekonomi telah terjadi di puluhan negara akibat pandemi virus corona (Covid-19). Bahkan Indonesia sekalipun diperkirakan bisa masuk jeratan resesi.
Kenyataan tersebut tentunya mengkhawatirkan, mengingat ekonomi adalah salah satu aspek utama dalam kehidupan dan resesi ekonomi jelas akan berdampak negatif pada keuangan dan kekayaan pribadi kita.

Namun, untuk mencegah dan mempersiapkan diri menghadapi “kehancuran” ekonomi dalam kehidupan pribadi, ada sejumlah hal yang perlu dihindari. Berikut di antaranya:

Jangan Coba-coba Jadi Penjamin Pinjaman

Jadi penjamin pinjaman harus dihindari. Istilah kerennya jangan menjadi “cosigner”.

Cosigner adalah seseorang yang mengajukan pinjaman dengan individu lain dan yang secara kontrak setuju untuk melunasi utang jika peminjam lain tidak melakukan pembayaran. Cosigner menandatangani aplikasi pinjaman dengan peminjam dan secara efektif menjamin pinjaman tersebut.

Hal ini sangat berisiko di masa resesi, mengingat orang yang anda “jamin” mungkin tidak akan dapat mengganti uang Anda karena mereka kehilangan pekerjaan.

Jangan Mengambil Hipotek dengan Suku Bunga Fluktuatif

Saat membeli rumah, Anda dapat memilih untuk mengambil hipotek dengan suku bunga yang dapat disesuaikan (ARM). Dalam beberapa kasus, langkah ini masuk akal sebab selama suku bunga rendah, pembayaran bulanan juga akan tetap rendah.

Namun, suku bunga yang biasanya turun di awal resesi, akan naik saat ekonomi pulih. Jadi, jika Anda mengambil hipotek dengan suku bunga seperti ini, maka saat ekonomi pulih dan suku bunga naik, pembayaran anda juga akan lebih besar.

Ini juga berisiko apabila Anda sampai harus menunggak karena peringkat kredit akan menjadi buruk dan membuat Anda lebih sulit untuk mendapatkan pinjaman di masa depan.

Beberapa bank menyediakan suku bunga yang fix. Biasanya, disediakan perbankan syariah melalui konsep imbal hasil.

Jangan Mengambil Utang Baru

Jika Anda mempertimbangkan untuk menambah utang di tengah pandemi, ada baiknya untuk tidak melakukannya. Apa lagi jika kondisi keuangan ke depannya sangat tidak pasti dan ada ancaman PHK di depan mata atau penghasilan dipotong karena suatu alasan.

Mengambil utang baru saat resesi merupakan hal yang berisiko dan harus dicermati dengan hati-hati. Dalam skenario terburuk, hal itu bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan.

Jangan Meremehkan Pekerjaan

Selama masa resesi, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan di perusahaan besar sekalipun.

Dalam hal ini, sebagai pekerja, seseorang perlu untuk meningkatkan kualitasnya. Sehingga saat perusahaan berpikir untuk melakukan PHK, Anda tidak akan masuk dalam daftarnya.

Dari perspektif pemberi kerja, lebih masuk akal untuk mengurangi pekerja marjinal daripada mengurangi jam kerja atau upah untuk karyawan mereka yang lebih produktif. Pastikan Anda bukan pekerja marjinal.

Jangan Mengambil Risiko dengan Investasi

Tip ini berlaku untuk pemilik bisnis. Meskipun Anda harus selalu memikirkan masa depan dan berinvestasi dalam menumbuhkan bisnis Anda, pelambatan ekonomi mungkin bukan waktu terbaik untuk membuat taruhan berisiko. Di awal resesi bukanlah waktu yang tepat.

Namun, begitu ekonomi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berkelanjutan, inilah saatnya untuk mulai berpikir besar ketika harga pembelian modal dan biaya tenaga kerja untuk perekrutan baru rendah.

Jangan Boros

Tidak perlu benar-benar tidak membelanjakan apapun saat perlambatan ekonomi terjadi. Tapi, sangat penting untuk memberi perhatian ekstra pada pengeluaran dan berhati-hati dalam mengambil risiko yang tidak perlu.

Bahkan di tengah kemerosotan ekonomi yang signifikan, ada banyak langkah positif yang dapat di ambil untuk memperbaiki situasi dan menyelamatkan kehidupan dari resesi. Ini termasuk menerapkan anggaran yang realistis, membentuk dana darurat, dan menghasilkan sumber pendapatan tambahan. – PT Kontak Perkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

Leave a comment